HUBUNGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DENGA PENDIDKAN BAHASA DAN SASATRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH
TUGAS MULTIKULTURAL
Dosen pengampuh: Drs.Wadji.M.pd
Oleh:
Ernasiana
Lensi(130401080033)
FKIP:BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2013
HUBUNGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DENGA PENDIDKAN BAHASA DAN SASATRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH
Pendidikan berbasis Multikultural merupakan suatu proses pendidikan
berjenjang yang mampu menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi
perbedaan-perbedaan seperti status sosial, etnis, gender dan agama dalam
masyarakat yang multikultural agar tercipta kepribadian yang cerdas, bijak dan
santun dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman. Paradigma pendidikan
multikultural sangat bermanfaat untuk membangun harmoni sosial di antara
keragaman etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan di antara kita.
Mengingat kompleksitas pluralitas dan multikultural di Indonesia
dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas,
maka diperlukan strategi khusus untuk memecahkan persoalan tersebut melalui
berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan
berbasis multikultural menawarkan solusi melalui penerapan strategi dan konsep
pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat.
Pendidik
dituntut tidak hanya menguasai dan mampu
secara profesional mengajarkan mata pelajaran
yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu
menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi,
humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang
inklusif pada siswa. Pada gilirannya, out-put
yang dihasilkan tidak hanya kompeten
sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan
nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan perbedaan
yang ada. Penanaman nilai-nilai ini dilakukan pada pembelajaran di institusi
pendidikan yang tidak hanya ada pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaaraan
dan Agama saja tapi dapat pula berintegrasi dengan mata pelajaran lain termasuk
dalam berbagai kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pendidikan multikultural perlu terus menerus dilakukan pendalaman
secara komprehensif sehingga tidak stagnan hanya sebatas wacana sehingga pada
akhirnya dapat dimplementasikan secara harmonis dan smooth tanpa adanya ekses yang sifatnya negatif, seperti : konflik
panjang yang tidak berkesudahan yang melibatkan sentimen etnis, ras, golongan
dan juga agama yang berujung pada hilangnya rasa kemanusiaan untuk menghormati
hak-hak orang lain.
Berdasarkan hal tersebut di atas, urgensi pendidikan multikultural di indonesia sudah sangat mendesak untuk diimplementasikan. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang komprehensif meliputi berbagai aspek dan sendi kehidupan agar terjadi sinergi diantara civitas akademika dan stake holders.
Dalam kehidupan sehari-hari, adalah tidak mungkin untuk mengabaikan
adanya realitas dan masalah sosial yang mewarnai hubungan antar individu dalam
masyarakat. Tidak jarang juga suatu konflik sosial bahkan membekas sedemikian
mendalam sehingga mempengaruhi
berlangsungnya relasi sosial secara jangka panjang. Baik horizontal maupun vertikal, konflik tetaplah
merupakan masalah sosial yang harus diantisipasi. Untuk mengatasi berbagai
konflik horizontal, pendidikan bisa berperan membentuk pandangan peserta didik
mengenai kehidupan dan meningkatkan penghargaan terhadap keberagaman. Model
pendidikan inilah yang dikenal dengan istilah pendidikan multikultural.
Dalam sebuah masyarakat multikultural,
multireligius, multietnis, seperti Indonesia, pendidikan yang mengarahkan
setiap pribadi agar dapat memaknai tiap perjumpaan mereka dengan orang lain
merupakan kemendesakan yang tak dapat ditawar. Kegagalan memahami kehadiran
orang lain sebagai pribadi yang berharga bagi diri tiap orang akan berdampak
mengerikan.
Oleh sebab itu, adanya pendidikan multikultural
menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif,
sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi
sosial dapat dikelola secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan
kehidupan bangsa ke depan. Pendidikan multikultural bertujuan mengembangkan
manusia Indonesia yang cerdas. Manusia cerdas tidak hanya cerdik serta
berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi
juga bermoral, bersikap demokratis, sekaligus memiliki empati terhadap orang
lain. Manusia cerdas menghargai diri sendiri, juga orang lain dari berbagai
latar belakang berbeda.
Itulah sebabnya, pendidikan multikultural
sebaiknya diintegrasikan ke semua mata pelajaran dan kegiatan lintas kurikulum.
Sebaiknya wawasan multikulturalisme tidak dimasukkan sebagai beban tambahan
sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum yang sudah dirasakan amat berat
oleh guru dan peserta didik.
Secara lebih konkret, dalam pendidikan
kepramukaan, muatan nilai, pengetahuan, serta keterampilan multikultural bisa
dirancang sesuai tahapan perkembangan peserta didik dan jenjang pendidikan.
Adapun strategi pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan bersama yang
melibatkan seluruh peserta didik dari berbagai latar belakang agar mendorong
terjadinya internalisasi nilai-nilai secara wajar dan tanpa paksaan. Nilai
seperti apa yang harus diinternalisasikan ? Salah satunya adalah nilai
toleransi, yakni sikap sabar membiarkan perbedaan, sehingga konflik dapat
dicegah atau selesai dengan sendirinya. Bila nilai toleransi telah menjadi
bagian dari karakter individual, maka potensi konflik yang mencabik-cabik rasa
aman masyarakat dapat diminimalkan.
Pengetahuan multikultural bisa
saja dimulai dari pengenalan, penghormatan, dan penghargaan terhadap diri
sendiri (termasuk institusi yang membentuk seperti keluarga, lingkungan
terdekat). Sesuai tahap perkembangan anak dan jenjang pendidikan, pengenalan
dan penghormatan atas diri sendiri diperluas dan dikembangkan menjadi
pengenalan dan penghargaan terhadap orang lain. Misalnya, pengetahuan tentang
berbagai suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah,
Indonesia, dan dunia.
Keterampilan untuk hidup di masyarakat yang
multikultural termasuk terampil bernegosiasi, mengemukakan dan menghadapi
perbedaan, resolusi konflik, belajar menjalin kerja sama, dan membiasakan diri
memecahkan masalah. Keterampilan ini bisa dimasukkan proses pembelajaran anak
baik melalui kegiatan akademik maupun non-akademik.
Pendidikan
dan masyarakat multikultural itu memiliki hubungan timbal balik (reciprocal
relationship). Artinya, bila pada satu sisi pendidikan memiliki peran
signifikan guna membangun masyarakat multikultural, di sisi lain masyarakat
multikultural dengan segala karakternya memiliki potensi signifikan untuk
memberhasilkan fungsi dan peran pendidikan umumnya.
Itu berarti,
penguatan di satu sisi, langsung atau tidak langsung, akan memberi penguatan
pada sisi lain. Penguatan terhadap pendidikan, misalnya dengan memperbaiki
sistem dan mengefektifkan kegiatan belajar, akan menambah keberhasilan dalam
membangun masyarakat multikultural. Di sisi lain, penguatan pada masyarakat
multikultural, yaitu dengan mengelola potensi yang dimiliki secara benar, akan
menambah keberhasilan fungsi dan peran pendidikan umumnya.
Pada
akhirnya, pendidikan multikultural harus dimaknai proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di
tengah-tengah masyarakat plural.Pendidikan multikultural pada institusi
pendidikan selain didalam bidang kurikulum diperlukan pula dalam bidang
kesiswaan. Pendidikan tidak hanya bersifat
akademik saja, tetapi ada pula yang bersifat non akademik. Dalam lembaga-lembaga pendidikan, pendidikan
yang bersifat non akademik biasanya dimasukkan dalam ekstrakurikuler ataupun
OSIS/BEM.
Kegiatan-kegiatan kesiswaan merupakan suatu
wadah atau kegiatan-kegiatan yang positif agar siswa dapat menyalurkan bakat,
minat ataupun kreativitasnya pada kegiatan-kegiatan non akademik. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain dalam
bidang olah raga, seni, ilmu pengetahuan ataupun keagamaan. Kegiatan-kegiatan kesiswaan diantaranya
adalah kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
Kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler dapat menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan,
kerukunan hidup serta menghargai keberadaan perbedaan yang ada. Setiap siswa memperoleh hak yang sama untuk
memilih kegiatan ekstrakurikuler yang diminati tanpa memandang asal dan latar
belakangnya. Di setiap kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler disisipkan kegiatan-kegiatan yang mengarah
pada kebiasaan multikultur dengan sikap dan perilaku yang toleran antar teman,
kebersamaan, solideritas dan bisa saling bekerja sama dengan baik.
Contoh
kegiatan kesiswaan intrakurikuler seperti lomba-lomba yang bersifat
nasionalisme ataupun keagamaan, dapat menumbuhkan semangat kebangsaan, cinta tanah
air dan juga melatih kerja sama diantara siswa dari berbagai latar belakang
yang berbeda. Kegiatan outbond yang
dikemas dengan berbagai permainan dapat menumbuhkan nilai kerja sama dan juga
kebersamaan tanpa memandang ras, etnik, bahasa, agama dan lain-lain. Kegiatan pesantren ataupun keagamaan lain
yang didalamnya bisa menumbuhkan nilai religious, toleransi juga dapat melatih
kepedulian sosial terhadap sesama tanpa memandang perbedaan, dan masih banyak
lagi kegiatan-kegiatan intrakurikuler ataupun ekstrakurikuler yang bisa
disisipkan penanaman nilai-nilai multikultur dengan mengedepankan penghormatan
terhadap perbedaan baik ras suku, maupun agama antar anggota masyarakat.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda