UPAYA PENINGKATAN KUALITAS IMAN BAGI KAUM MUDA KHUSUS PADA ANAK – ANAK DALAM AJARAN GEREJA MELALUI SEKOLAH MINGGU
UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS IMAN
BAGI KAUM MUDA
KHUSUS PADA ANAK – ANAK
DALAM AJARAN
GEREJA MELALUI SEKOLAH MINGGU
disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Agama Katolik
yang dibina : Teheresia Yofita Cendana Sari S.Ag
Oleh :
Kelompok
Petrus Vaber
Ernasiana
Lensi
Vinsenlau
Dirman
Yenovita
Gaudensia
Maria Serevina
Habu Roma.
UNIVERSITAS
KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat serta penyertaan-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan
tugas penyusunan makalah untuk mata kuliah Pendidikan
Agama Katolik. yang berjudul” Upaya Peningkatan Kualitas Iman Bagi Kaum Muda Khusus
Pada Anak – Anak dalam Ajaran Gereja Melalui Sekolah Minggu”
Dalam pembuatan makalah ini kami
mengalami beberapa hambatan yaitu mulai dari pencarian literature hingga proses
pengetikan. Kami menyadari bahwa makalah ini tersusun bukan semata-mata hasil
usaha sendiri, akan tetapi berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : Teheresia Yofita Cendana Sari S.Ag selaku
dosen pembina Mata Kuliah Pendidikan
Agama Katolik yang senantiasa memberikan arahan dan
bimbingan kepada kami.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, kami
yakin bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
sangat kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca semua.
Malang,
03 oktober 2013
Kelompok
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar......................................................................................................................
Daftar
Isi................................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar
Belakang ..........................................................................................................
B. Rumusan
Masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A.
Peran Dan
Kedudukan Sekolah Minggu Dalam Gereja............................................
B.
Peran
Keluarga Dalam Proses Pendidikan Iman Anak..............................................
C.
Dasar
Alkitabiah Pendidikan Iman Dalam Keluarga...............................................
D.
Peran Dan
Kedudukan Guru Sekolah Minggu..........................................................
E.
Kemitraan
Orangtua Dan Guru Sekolah Minggu......................................................
BAB
III PENUTUP..............................................................................................................
A. Kesimpulan
...............................................................................................................
B. Saran
.........................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKAN........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Betapa pentingnya
pendidikan rohani bagi anak-anak dan anak muda kita. Pendidikan rohani
merupakan bagian yang hakiki, tak terpisahkan, dalam kehidupan seorang anak
(dan juga orang dewasa). Seseorang dikatakan utuh apabila ia mempunyai
kematangan dalam hal rohani selain kematangan mental, emosional dan sosial.
Bahkan akhir-akhir ini berkembang teori baru dalam dunia psikologi yang disebut
SQ (Spiritual Qoutient) yang sangat menekankan pentingnya kematangan rohani
sebagai dasar kehidupan yang akan mewarnai tingkat kematangan emosi, mental dan
sosial seseorang.
Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini kita akan membicarakan pentingnya pendidikan rohani bagi
kehidupan anak-anak. Kita akan mencoba melihat beberapa bagian Alkitab yang dapat
dijadikan dasar bagi pendidikan rohani anak, peran orangtua, peran Sekolah
Minggu dan Guru Sekolah Minggu; dan bagaimana orangtua serta Guru Sekolah
Minggu menjalin kemitraan di dalam proses pendidikan tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
A.
Apa Peran Dan Kedudukan Sekolah Minggu Dalam Gereja?
B.
Apa saja Peran Keluarga Dalam Proses Pendidikan Iman Anak?
C.
Bagaimana Dasar Alkitabiah Pendidikan Iman Dalam Keluarga?
D.
Apa Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah Minggu?
E.
Apa saja Kemitraan Orangtua Dan Guru Sekolah Minggu?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
Apa Peran Dan Kedudukan Sekolah
Minggu Dalam Gereja.
2. Menjelaskan
Apa saja Peran Keluarga Dalam Proses
Pendidikan Iman Anak
3. Menjelaskan
Bagaimana Dasar Alkitabiah
Pendidikan Iman Dalam Keluarga
4.
Menjelaskan Apa Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah Minggu
5. Menjelaskan Apa saja Kemitraan Orangtua Dan Guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran Dan Kedudukan Sekolah Minggu
Dalam Gereja
Beberapa
orang mempunyai pandangan yang keliru mengenai Sekolah Minggu. Ada yang
berpendapat Sekolah Minggu adalah sarana penitipan anak agar orangtua dapat
beribadah dengan tenang. Yang lain berpendapat pelayanan Sekolah Minggu
merupakan bidang yang paling penting sehingga perlu diberikan berbagai
keistimewaan dibandingkan bidang pelayanan yang lainnya. Di tengah
kepelbagaian pendapat yang ada mengenai Sekolah Minggu marilah kita melihat
peran, kedudukan dan tujuan dari Sekolah Minggu itu sendiri. Agar kita dapat
memiliki penilaian yang benar akan bidang pelayanan yang satu ini.
Sekolah
Minggu merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan dan pembinaan gereja
kepada warga jemaat. Anak-anak pun perlu mendapat perhatian serius gereja.
Sebab Kristus sendiri memberikan perhatian yang serius kepada anak-anak. Selain
itu, anak-anak juga merupakan penerus keberadaan gereja di masa yang akan
datang. Mengingat Anak Sekolah Minggu umumnya berumur antara 4 – 13
tahun. Satu kelompok usia yang sangat potensial untuk dibina.
Apakah kita
ingin keberadaan gereja kita di masa yang akan datang begitu rapuh dan tidak
kuat menghadapi tantangan jaman? Tentu tidak! Oleh sebab itu, kita dapat
katakan bahwa pelayanan kepada anak-anak di Sekolah Minggu sama pentingnya
dengan pelayanan gereja lainnya kepada remaja, pemuda, dewasa dan manula.
Mengapa? Sebab dalam Sekolah Minggu terjadi proses pendidikan iman Kristen
serta penyiapan seorang anak untuk dapat lebih dekat mengenal dan terlibat
dalam kehidupan gerejanya.
Terdapat beberapa peran yang dapat
disebutkan di bawah ini dari keberadaan Sekolah Minggu di sebuah jemaat.
1. Sarana
pendidikan iman dan penginjilan bagi anak-anak.
Di Sekolah
Minggu anak-anak dididik untuk mendengar dan memahami pokok-pokok imannya
dengan berbagai bantuan metode mengajar yang dipraktekan oleh gurunya. Selain
itu, anak pun belajar akan Tuhan Allahnya, Yesus Kristus, yang pada suatu saat
nanti ia harus mengambil keputusan untuk menerimaNya secara pribadi sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya ataukah tidak. Sekolah Minggu turut berperan dalam
diri anak untuk mengambil keputusan tersebut. Apabila ia mendengar dan melihat
(melalui sikap gurunya) kasih Tuhan maka ia akan menyambut Tuhan Yesus Sebagai
Tuhannya. Tetapi jika sebaliknya? Jangan heran apabila ada dari antara Anak
Sekolah Minggu yang belum dapat menerima Yesus pada saat dewasa atau bahkan
menolaknya sama sekali.
2. Sarana
gereja untuk mengajarkan pokok-pokok pegangan ajarannya.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa warna ajaran sebuah Sekolah Minggu tergantung kepada
pokok-pokok ajaran yang dipegang oleh gereja tersebut. Sehingga keberadaan dari
gereja tersebut dapat terjaga dan terpelihara.
3. Sarana
gereja membentuk pribadi Kristen yang sanggup menyatakan persekutuan, pelayanan
dan kesaksiannya.
Sekolah
Minggu sebagai wadah pembinaan gereja juga turut berperan bagi terbentuknya
watak kristiani pada anak , yaitu suatu sikap yang mau bersaaksi, hidup sebagai
terang dan garam dunia, baik di lingkungan keluarga, sekolah, kerja dan
lingkungan pergaulan lainnya; pribadi yang tidak hidup egois tetapi peduli akan
keberadaan sesamanya yang membutuhkan bantuannya serta mempunyai rasa
memiliki terhadap gerejanya sehingga mau terlibat di dalam gerak pelayanan
gereja di mana ia menjadi anggotanya.
Dari uraian
mengenai peran Sekolah Minggu di atas kita dapat melihat beberapa tujuan yang
hendak kita capai dengan adanya Sekolah Minggu dalam gereja kita. Tujuan itu
antara lain sebagai berikut:
·
Supaya anak-anak mengenal Allah
sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta ini.
·
Mengenal dan menerima Yesus kristus
sebagai Tuhan, Juruselamat dan penebus dosa manusia.
·
Mengerti akan kedudukan dan
panggilan mereka selaku warga gereja dan turut terlibat secara aktif dalam
pengembangan gerejanya.
·
Mengasihi sesamanya oleh karena
Kristus Yesus telah terlebih dahulu mengasihi dirinya.
·
Dapat menginsyafi kesalahan dan
selalu mau bertobat kepada Tuhan.
·
Terus-menerus mau belajar firman
Tuhan.
·
Suka mengambil bagian dalam
kebaktian jemaat.
·
Suka melayani Tuhan di segala bidang
kehidupannya.
Dengan
melihat uraian di atas maka kita dapat melihat betapa pentingnya keberadaan
Sekolah Minggu dalam sebuah persekutuan jemaat. Oleh sebab itu, perhatian yang
sungguh-sungguh dan sama besarnya perlu kita berikan terhadap pelayanan ini.
Sehingga di masa depan keberadaan gereja kita tetap terpelihara dan hadirnya
pribadi-pribadi kristen di tengah masyarakat yang berani bersaksi, bersekutu
dan melayani
B.
Peran keluarga dalam proses pendidikan
iman anak
“Satu
generasi di bawah kita selalu terancam menjadi kafir.Jika satu generasi gagal
meneruskan obor iman, maka generasi berikutnya takkan mengenal Allah dan akan
hidup dengan mengabaikan kehendakNya.”
Dorongan
yang semakin kuat untuk memberikan pendidikan rohani di rumah muncul dari
adanya keprihatinan bahwa dimensi rohani seringkali hilang di dalam masyarakat,
sekolah dan bahkan kehidupan di gereja. Masa sekarang ini dapat dikatakan
tantangan untuk memberikan pendidikan rohani semakin besar. Banyak godaan yang
menghadang.
Orangtua dan kaum muda disinyalir
lebih banyak mengambil teladan dan moral dari televisi, bioskop, pahlawan
olahraga dan masyarakat sekular ketimbang dari suasana rumah dan gereja.
Sebagai orangtua, kita seharusnya memiliki perhatian penuh terhadap
perkembangan rohani anak-anak kita. Kita menginginkan iman yang telah kita
terima dipancarkan dan diteruskan kepada anak-anak dan generasi mendatang.
ltulah mestinya kerinduan setiap orangtua.
Dalam bukunya yang berjudul “How
to really love your child”, Ross Campbell menulis, “Aku sangat heran,
betapa banyak orangtua menghabiskan beribu-ribu dolar dan berbuat apa saja demi
memastikan anak-anak mereka dipersiapkan pendidikannya secara sempurna. Namun
demikian, dalam persiapan yang terpenting, yaitu perjuangan rohani dalam
penemuan makna kehidupan, seorang anak dibiarkan mempertahankan dirinya sendiri
sehingga mudah menjadi mangsa kuasa kegelapan.” Apakah kita sebagai
orangtua berada dalam kelompok yang disebut Ross Champbell? Sebagai orangtua
kita mempunyai tanggungjawab utama.
Banyak
keluarga karena alasan praktis; seperti: letak rumah yang jauh dengan gereja
dan atau ada Sekolah Minggu lain yang lebih dekat dengan lokasi rumah tinggal
lebih memilih untuk tidak membawa anak-anaknya ke Sekolah Minggu di mana ia
tercatat sebagai anggota jemaat. Untuk sebuah alasan praktis itu boleh-boleh
saja.
Tetapi untuk
alasan yang jauh lebih strategis yaitu kelanjutan keberadaan gereja kita di
masa depan dan tersedianya sumber daya manusia muda yang kreatif dan dinamis di
waktu yang akan datang hal tersebut perlu dipertimbangkan ulang. Bukankah
keberadaan gereja kita di masa depan berrgantung pada generasi muda yang
sekarang ini berada pada kategori usia anak, tunas-remaja, remaja dan pemuda.
Seringkali
anak-anak tidak mau bergereja di gereja orangtuanya karena ia merasa
terasing di lingkungan gereja tersebut. Mereka tidak ‘familiar’ dengan gereja
orangtuanya dan lebih merasa ‘enjoy’ di tempat lain. Sebagai orangtua
kita mempunyai panggilan untuk mendidik anak-anak kita mencintai gereja dan
mempunyai rasa memiliki terhadap gereja di mana orangtuanya Bergereja.
C.
Dasar Alkitabiah
Pendidikan Iman Dalam Keluarga
Mari kita
perhatikan beberapa bagian Alkitab yang berbicara tentang pendidikan rohani bagi
generasi yang berikutnya.
Ulangan 6. Dalam
pasal ini Musa memaparkan kepada bangsa Israel intisari perintah-perintah Tuhan
yang harus diajarkan kepada anak-anak. Mereka harus mengajarkan
perintah-perintah tersebut “apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring clan apabila engkau bangun”
(ayat 7).
Perintah
untuk menaati Allah bukanlah sekedar sesuatu yang diajarkan secara formal
kepada para pendengar yang pasif. Sebaliknya, menjadi proses yang terus-menerus
memakai kejadian sehari-hari dalam kehidupan anak Sehingga membangkitkan rasa
tertarik mereka akan hal-hal yang berkenaan dengan Tuhan.
Sebagai
orangtua kita juga diperintahkan untuk konsisten “melakukan apa yang baik
dan benar di mata Tuhan” (ayat 18), yang didalamnya terkandung pengertian
bahwa pengaruh kuat hanya dimungkinkan melalui keteladanan hidup orangtua. Para
orangtua harus memberi teladan untuk dilihat anak-anaknya, bukan sekedar
memberikan peraturan-peraturan untuk dipatuhi.
Sebagai orangtua, kita adalah cermin
bagi anak-anak kita dan merupakan contoh/model kongkrit bagi mereka bagaimana
iman dan kehidupan sehari-hari menyatu. Apa yang mereka lihat dalam diri kita
adalah cermin yang menunjukkan siapa mereka dan akan menjadi apa mereka.
Kita adalah cermin istimewa dan
tidak ada duanya, sebuah cermin dengan perasaan, penilaian dan akal. Ketika
anak-anak kita berkaca ke arah kita untuk mencari identitasnya dan
kesannya akan dunia, mereka melihat pantulannya yang telah disaring melalui
sistem nilai kepercayaan kita.
Efesus 6: 4,
“…jangan bangkitkan amarah dii dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka
dii dalam ajaran clan nasihat Tuhan.” Bagian
pertama perintah ini bemada negatif, memperingatkan orangtua untuk mengevaluasi
cara mereka dalam mendidik berdasarkan reaksi anak. Jika hasilnya mengakibatkan
frustasi dan kecil hati metode yang dipakai pastilah tidak cocok walaupun
tujuannya baik. Bagian kedua dari ayat ini bernada positif, menggabungkan
ajaran melalui tindakan dan kata-kata. Pemakaian kedua istilah ini menunjukkan
rasul Paulus menyadari betul kebutuhan akan keseimbangan antara tindakan dan
kata-kata.Bukankah mulut berucap tubuh bersikap!
II Timotius
1:5; 3:15. Paulus memuji ibu dan nenek Timotius karena telah
menjadi sumber bagi iman Timotius yang masih muda. Paulus memuji kemauan dan
keuletan mereka dalam mengimbangi pendidikan sekuler yang diterima Timotius
dengan pendidikan rohani di rumah. Sehingga Timotius tidak hanya kaya dalam
ilmu pengetahuan tetapi juga kaya dalam pertumbuhan rohaninya. Hasilnya,
Timotius menjadi manusia yang mempunyai integritas yang tinggi dalam menjalani
kehidupannya dan menjadi teladan bagi jemaat di kota Efesus.
Ada dua
prinsip penting yang menonjol dalam Alkitab tentang pendidikan rohani anak. Pertama,
dari rumahlah pertama-tama tanggungjawab untuk memperkenalkan pengajaran
kristen itu harus diberikan. Kedua, pengajaran iman yang efektif
pertama-tama harus dinyatakan melalui tindakan dan keteladanan, baru kemudian
dengan kata-kata. Keteladanan orangtua, pengalaman sehari-hari dan
keikutsertaan dalam ibadah merupakan bahan dasar untuk memperkenalkan anak pada
konsep-konsep berkenaan tentang Allah.
Sebagai
orangtua kita memerlukan komitmen yang kuat untuk proses pendidikan rohani
anak. Mengingat tidak mudah melakukannya. Banyak tantangan yang dihadapi.
Perkembangan teknologi pada satu sisi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan
manusia; tetapi pada sisi yang lain dapat juga merugikan kehidupan manusia itu
sendiri. Dalam perkembangan pertelevisian sebagai contohnya. Banyak film-film
yang ditujukan untuk anak-anak tetapi bemuansa kekerasan. Film-film dewasa yang
kadang mengumbar kekerasan, perselingkuhan dan lumuran darah. Semua itu dapat
berdampak buruk bagi perkembangan mental, sosial, emosi dan rohani seorang anak
jika kita tidak arif dan mewaspadainya.
Perkembangan
jaman yang turut merubah pola kehidupan masyarakat juga merupakan tantangan
tersendiri bagi setiap keluarga dalam pendidikan rohani anak. Individualisme
(segala sesuatunya untuk kepentingan sendiri atau kelompoknya dan masa bodoh
dengan orang lain; serta cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuannya), materialisme (yang penting adalah materi dan segala sesuatu
dinilai dari banyak tidaknya kepemilikan matreri); dan sektarianisme (yang
penting adalah kelompok suku bangsa atau agamanya saja dan merendahkan kelompok
suku bangsa dan agama lainnya) yang semakin kuat menggejala. Apabila kita tidak
mempersiapkan anak-anak kita dengan baik maka di hari depan mereka menjadi
generasi yang berperilaku buruk.
Perhatian,
tanggungjawab dan komitmen tersebut mungkin membuat kita kewalahan. Akan tetapi
Allah sudah berjanji menyertai kita. Kita dapat berjalan maju dengan mantab,
karena Allah akan membimbing kita melalui perhatian, tanggungjawab dan komitmen
kita.
D.
Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah
Minggu
Seorang Guru
Sekolah Minggu mempunyai peranan penting di gereja dalam proses pendidikan
rohani anak. Guru Sekolah Minggu merupakan perpanjangan tangan Majelis Jemaat
dalam pembinaan terhadap anak-anak. Adapun yang menjadi tugas dan tanggungjawab
seorang Guru Sekolah Minggu ialah:
- Mengajar (I Timotius 2: 7). Guru Sekolah Minggu menyampaikan pokok-pokok iman yang menjadi dasar kehidupan kekristenan.
- Memberikan teladan ( I Kor.11:1; Filipi 3: 7; I Tim. 4: 11-13). Seorang Guru Sekolah Minggu akan mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap muridnya karena mereka mudah sekali meniru tutur kata dan tingkah laku gurunya. Oleh sebab itu, Guru Sekolah Minggu perlu selalu memperhatikan dirinya sendiri apakah ia telah menjadi teladan yang baik bagi muridnya; baik ketika berada di dalam kelas maupun ketika berada di luar ruangan Sekolah Minggu.
- Menginjili (I Timotius 2: 7). Dalam mengajar seorang Guru Sekolah Minggu tidak menyampaikan kebenaran iman kristen, tetapi juga memberitakan kabar baik bahwa Allah mengasihi manusia supaya jiwa anak-anak diselamatkan.
- Mendoakan (II Timotius 1: 11-12). Mendoakan anak-anak dan keluarganya merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh seorang Guru Sekolah Minggu untuk menjalin komunikasi dan keakraban dengan anak-anak dan orangtuanya.
- Menggembalakan ( Yehezkiel 34:2-6; Yohanes 10:11-18). Seorang Guru Sekolah Minggu tidak hanya pengajar tetapi juga gembala bagi domba-dombanya. Seorang gembala yang baik mengenal dan mengasihi setiap dombanya; dan tidak akan membiarkan seekor domba pun berada dalam kesulitan. Itulah juga peran yang harus dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu. Ia harus mengenal dan membimbing anak-anak yang berada di kelasnya dan menolong anak-anak yang sedang mengalami kesulitan sejauh yang dapat dilakukannya. Pelawatan anak (dan tentunya juga kepada orangtuanya) merupakan hal penting lainnya yang harus dan perlu dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu.
Yang menjadi
sasaran dalam pelayanan seorang Guru Sekolah Minggu adalah anak-anak yang
berasal dari dalam lingkungan jemaat sendiri beserta orangtuanya dan anak-anak
kristen yang tidak berasal dari lingkungan jemaat sendiri beserta orangtuanya
guna membantu mereka dalam mendidik anak-anaknya dalam iman Kristen; serta
anak-anak lain yang berasal dari keluarga bukan Kristen beserta keluarganya,
guna memberitakan dan menyatakan kepada mereka kasih dan keselamatan yang
berasal dari Tuhan Yesus Kristus.
Melihat peran yang demikian besar
dan penting maka seorang Guru Sekolah Minggu harus memenuhi persayaratan
standar yang harus dipenuhinya, seperti:
- Berusia minimal 16 tahun
- Sudah mengaku percaya dan dibaptiskan atau sedang mengikuti kelas katekisasi
- Sudah atau sedang mengikuti program pembinaan Guru sekolah Minggu
- Memiliki sikap iman yang teguh, yaitu meyakini keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus
- Meyakini bahwa anak-anak yang dilayani juga membutuhkan keselamatan dari Tuhan Yesus.
- Meyakini bahwa pelayanannya di Sekolah Minggu merupakan jawaban atas panggilan Tuhan dalam tugas khusus tersebut.
- Memiliki pengenalan dan pemahaman Alkitab yang memadai sebagai sumber pengajaran gereja dan pengajaran yang dilakukannya di Sekolah Minggu
- Memiliki sikap mental yang dewasa, yaitu penampilan yang pantas selaku teladan anak, bertolah dari kesadaran akan tanggungjawab, kedisiplinan pelayanan dan kerelaan berkorban
- Mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang lain, yakni rekan-rekan Guru Sekolah Minggu dan Komisi Anak, Majelis jemaat dan orangtua anak Sekolah Minggu
- Mempunyai tekad dan kerinduan untuk terus mengembangkan diri
- Sedikitnya mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang psikologi anak, prinsip dan metode penggembalaan dan pengajaran.
Persyaratan
ini bukan untuk menghambat pelayanan seseorang untuk menjadi Guru Sekolah
Minggu melainkan untuk meningkatkan kualitas dirinya dan kualitas Sekolah
Minggu serta kualitas pertumbuhan rohani anak-anak yang dilayaninya.
Sekolah
Minggu yang peduli agar anak-anak yang hadir merasa dikasihi, diarahkan,
dibimbing dan diperhatikan harus mempunyai Guru Sekolah Minggu yang sabar,
penuh pengertian serta tulus dalam mengasihi anak-anak.
Seorang anak
yang melihat gedung gereja dan berpikir bahwa orang-orang yang ada di dalamnya
mengasihinya memiliki suatu pondasi yang teguh untuk menemukan gereja lebih
dari sekedar sebuah bangunan, tetapi sekelompok orang yang mengasihi Allah dan
mengasihi satu sama lainnya.
Perhatian
yang seperti ini dari seorang Guru Sekolah Minggu dan juga interaksinya yang
menyenangkan dengan anak-anak menambah unsur penting bagi pertumbuhan
rohani anak-anak. Guru Sekolah Minggu yang seperti ini juga akan menjadi kawan
sekerja Allah yang efektif bagi anak-anak. Ini adalah suatu tanggungjawab
yang mengagumkan sekaligus menggetarkan bagi mereka yang bersedia menjadi Guru
Sekolah Mingu.
E.
Kemitraan Orangtua Dan Guru Sekolah
Minggu
Orangtua dan
Guru Sekolah Minggu perlu membangun kemitraan rang sinergis dalam proses
pendidikan rohani anak. Sebab orangtua dan Guru Sekolah Minggu saling
membutuhkan dukungan satu terhadap rang lainnya.
Bentuk
kemitraan yang dapat dibangun antara orangtua dengan Guru Sekolah Minggu
diantaranya ialah:
- Membangun komunikasi yang terbuka dan hangat.
- Saling bekerjasama dalam mengatasi kesulitan dan kelemahan anak dalam mengikuti kegiatan Sekolah Minggu.
- Orangtua mendorong anak-anaknya untuk mau hadir di Sekolah Minggu dan Guru Sekolah Minggu menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas bagi anak-anak dalam keseluruhan proses belajar di Sekolah Minggu.
- Mengadakan pertemuan bersama sebagai forum sharing dan berbagi pengalaman.
- Orangtua memberikan dukungan dan tanggapan positif terhadap keseluruhan proses pendidikan rohani yang terjadi di Sekolah Minggu, seperti memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi Sekolah Minggu, menjaga ketenangan suasana kelas, tidak bereaksi negatif apabila sedang membicarakan kesulitan anaknya dalam mengikuti pengajaran di Sekolah Minggu.
- Guru Sekolah Minggu berbicara dan berdiskusi dengan orangtua anak apabila dirasakan perlu.
BAB III
A. KESIMPULAN
Pendidikan
rohani adalah bagian penting dari kehidupan seorang anak dan merupakan tugas
panggilan yang tidak terpisahkan dari Tuhan kepada setiap keluarga. Keluarga
harus menjadi tempat yang utama dan pertama bagi penanaman nilai-nilai kristiani.
Sedangkan
keluarga-keluarga yang rapuh dan melalaikan tugas panggilan pendidikan rohani
bagi anak-anaknya akan menjadi tiang yang rapuh bagi kehidupan gereja dan
menghasilkan generasi penerus yang rapuh dan jauh dari kehidupan dan tugas
panggilan gereja.
Anak-anak
adalah harapan keluarga, gereja dan masyarakat di masa yang akan datang. Para
orangtua dan Guru Sekolah Minggu yang mengharapkan anak-anaknya bertumbuh ke
arah pertumbuhan rohani yang matang perlu membina dan membangun hubungan yang
terbuka dan hangat dengan anak-anak.
Pengalaman
dikasihi dan dihargai akan memberikan dasar yang kokoh bagi pertumbuhan anak.
Sebaliknya, semua penjelasan teoritis hanya sedikit berpengaruh jika tidak ada
hubungan yang positif antara orang dewasa dengan anak. Keteladanan jauh lebih
berarti dibandingkan “kuliah” yang kita berikan kepada anak-anak mengenai
pokok-pokok iman kristen kita.
Orangtua dan
Guru Sekolah Minggu perlu menjalin kerja sama yang sinergis dalam upaya saling
melengkapi dan menyempurnakan pendidikan rohani bagi anak-anak. Sebab masa
depan kelangsungan gereja dan peran gereja di masyarakat tergantung pada
generasi yang masih muda ini. Dan kita sebagai orangtua dan Guru Sekolah Minggu
dapat berperan dengan menyiapkan mereka menjadi warga gereja yang bersaksi,
melayani dan bersekutu; warga gereja yang mempunyai rasa bangga dan memiliki
terhadap gerejany
B. SARAN
Penyusun
mengharapkan Ibu dosen serta
teman-teman memberikan kritik dan saran serta masukan agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Serta kita semua dapat memahami lebih dalam PAK.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda