Rabu, 09 April 2014

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS IMAN BAGI KAUM MUDA KHUSUS PADA ANAK – ANAK DALAM AJARAN GEREJA MELALUI SEKOLAH MINGGU

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS IMAN
BAGI KAUM MUDA KHUSUS PADA ANAK – ANAK
DALAM AJARAN GEREJA MELALUI SEKOLAH MINGGU

disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Katolik
yang dibina : Teheresia Yofita Cendana Sari S.Ag
images
Oleh :
Kelompok


Petrus Vaber
Ernasiana Lensi
Vinsenlau Dirman
Yenovita Gaudensia
Maria Serevina Habu Roma.



UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2013


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta penyertaan-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah untuk mata kuliah Pendidikan Agama Katolik. yang berjudul” Upaya Peningkatan Kualitas Iman Bagi Kaum Muda Khusus Pada Anak – Anak dalam Ajaran Gereja Melalui Sekolah Minggu
            Dalam pembuatan makalah ini kami mengalami beberapa hambatan yaitu mulai dari pencarian literature hingga proses pengetikan. Kami menyadari bahwa makalah ini tersusun bukan semata-mata hasil usaha sendiri, akan tetapi berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : Teheresia Yofita Cendana Sari S.Ag selaku dosen pembina Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik  yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, kami yakin bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.






Malang, 03 oktober  2013


Kelompok




DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A.    Latar Belakang ..........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................
C.     Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A.    Peran Dan Kedudukan Sekolah Minggu Dalam Gereja............................................
B.     Peran Keluarga Dalam Proses Pendidikan Iman Anak..............................................
C.     Dasar Alkitabiah  Pendidikan  Iman Dalam Keluarga...............................................
D.    Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah Minggu..........................................................
E.     Kemitraan Orangtua Dan Guru Sekolah Minggu......................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
A.    Kesimpulan ...............................................................................................................
B.     Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKAN........................................................................................................








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Betapa pentingnya pendidikan rohani bagi anak-anak dan anak muda kita. Pendidikan rohani merupakan bagian yang hakiki, tak terpisahkan, dalam kehidupan seorang anak (dan juga orang dewasa). Seseorang dikatakan utuh apabila ia mempunyai kematangan dalam hal rohani selain kematangan mental, emosional dan sosial. Bahkan akhir-akhir ini berkembang teori baru dalam dunia psikologi yang disebut SQ (Spiritual Qoutient) yang sangat menekankan pentingnya kematangan rohani sebagai dasar kehidupan yang akan mewarnai tingkat kematangan emosi, mental dan sosial seseorang.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kita akan membicarakan pentingnya pendidikan rohani bagi kehidupan anak-anak. Kita akan mencoba melihat beberapa bagian Alkitab yang dapat dijadikan dasar bagi pendidikan rohani anak, peran orangtua, peran Sekolah Minggu dan Guru Sekolah Minggu; dan bagaimana orangtua serta Guru Sekolah Minggu menjalin kemitraan di dalam proses pendidikan tersebut.

B.     Rumusan Masalah
A.    Apa Peran Dan Kedudukan Sekolah Minggu Dalam Gereja?
B.     Apa saja Peran Keluarga Dalam Proses Pendidikan Iman Anak?
C.     Bagaimana Dasar Alkitabiah  Pendidikan  Iman Dalam Keluarga?
D.    Apa Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah Minggu?
E.     Apa saja Kemitraan Orangtua Dan Guru Sekolah Minggu?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan Apa Peran Dan Kedudukan Sekolah Minggu Dalam Gereja.
2.      Menjelaskan Apa saja Peran Keluarga Dalam Proses Pendidikan Iman Anak
3.      Menjelaskan Bagaimana Dasar Alkitabiah  Pendidikan  Iman Dalam Keluarga
4.      Menjelaskan Apa Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah Minggu
5.      Menjelaskan Apa saja Kemitraan Orangtua Dan Guru.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.            Peran Dan Kedudukan Sekolah Minggu Dalam Gereja
Beberapa orang mempunyai pandangan yang keliru mengenai Sekolah Minggu. Ada yang berpendapat Sekolah Minggu adalah sarana penitipan anak agar orangtua dapat beribadah dengan tenang. Yang lain berpendapat pelayanan Sekolah Minggu merupakan bidang yang paling penting sehingga perlu diberikan berbagai keistimewaan dibandingkan bidang pelayanan yang lainnya.  Di tengah kepelbagaian pendapat yang ada mengenai Sekolah Minggu marilah kita melihat peran, kedudukan dan tujuan dari Sekolah Minggu itu sendiri. Agar kita dapat memiliki penilaian yang benar akan bidang pelayanan yang satu ini.
Sekolah Minggu merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan dan pembinaan gereja kepada warga jemaat. Anak-anak pun perlu mendapat perhatian serius gereja. Sebab Kristus sendiri memberikan perhatian yang serius kepada anak-anak. Selain itu, anak-anak juga merupakan penerus keberadaan gereja di masa yang akan datang.  Mengingat Anak Sekolah Minggu umumnya berumur antara 4 – 13 tahun. Satu kelompok usia yang sangat potensial untuk dibina.
Apakah kita ingin keberadaan gereja kita di masa yang akan datang begitu rapuh dan tidak kuat menghadapi tantangan jaman? Tentu tidak! Oleh sebab itu, kita dapat katakan bahwa pelayanan kepada anak-anak di Sekolah Minggu sama pentingnya dengan pelayanan gereja lainnya kepada remaja, pemuda, dewasa dan manula. Mengapa? Sebab dalam Sekolah Minggu terjadi proses pendidikan iman Kristen serta penyiapan seorang anak untuk dapat lebih dekat mengenal dan terlibat dalam kehidupan gerejanya.
Terdapat beberapa peran yang dapat disebutkan di bawah ini dari keberadaan Sekolah Minggu di sebuah jemaat.
1. Sarana pendidikan iman dan penginjilan bagi anak-anak.
Di Sekolah Minggu anak-anak dididik untuk mendengar dan memahami pokok-pokok imannya dengan berbagai bantuan metode mengajar yang dipraktekan oleh gurunya. Selain itu, anak pun belajar akan Tuhan Allahnya, Yesus Kristus, yang pada suatu saat nanti ia harus mengambil keputusan untuk menerimaNya secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamatnya ataukah tidak. Sekolah Minggu turut berperan dalam diri anak untuk mengambil keputusan tersebut. Apabila ia mendengar dan melihat (melalui sikap gurunya) kasih Tuhan maka ia akan menyambut Tuhan Yesus Sebagai Tuhannya. Tetapi jika sebaliknya? Jangan heran apabila ada dari antara Anak Sekolah Minggu yang belum dapat menerima Yesus pada saat dewasa atau bahkan menolaknya sama sekali.
2. Sarana gereja untuk mengajarkan pokok-pokok pegangan ajarannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa warna ajaran sebuah Sekolah Minggu tergantung kepada pokok-pokok ajaran yang dipegang oleh gereja tersebut. Sehingga keberadaan dari gereja tersebut dapat terjaga dan terpelihara.
3. Sarana gereja membentuk pribadi Kristen yang sanggup menyatakan persekutuan, pelayanan dan kesaksiannya.
Sekolah Minggu sebagai wadah pembinaan gereja juga turut berperan bagi terbentuknya watak kristiani pada anak , yaitu suatu sikap yang mau bersaaksi, hidup sebagai terang dan garam dunia, baik di lingkungan keluarga, sekolah, kerja dan lingkungan pergaulan lainnya; pribadi yang tidak hidup egois tetapi peduli akan keberadaan sesamanya yang membutuhkan bantuannya serta mempunyai  rasa memiliki terhadap gerejanya sehingga mau terlibat di dalam gerak pelayanan gereja di mana ia menjadi  anggotanya.
Dari uraian mengenai peran Sekolah Minggu di atas kita dapat melihat beberapa tujuan yang hendak kita capai dengan adanya Sekolah Minggu dalam gereja kita. Tujuan itu antara lain sebagai berikut:
·         Supaya anak-anak mengenal Allah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta ini.
·         Mengenal dan menerima Yesus kristus sebagai Tuhan, Juruselamat dan penebus dosa manusia.
·         Mengerti  akan kedudukan dan panggilan mereka selaku warga gereja dan turut terlibat secara aktif dalam pengembangan gerejanya.
·         Mengasihi sesamanya oleh karena Kristus Yesus telah terlebih dahulu mengasihi dirinya.
·         Dapat menginsyafi kesalahan dan selalu mau bertobat kepada Tuhan.
·         Terus-menerus mau belajar firman Tuhan.
·         Suka mengambil bagian dalam kebaktian jemaat.
·         Suka melayani Tuhan di segala bidang kehidupannya.
Dengan melihat uraian di atas maka kita dapat melihat betapa pentingnya keberadaan Sekolah Minggu dalam sebuah persekutuan jemaat. Oleh sebab itu, perhatian yang sungguh-sungguh dan sama besarnya perlu kita berikan terhadap pelayanan ini. Sehingga di masa depan keberadaan gereja kita tetap terpelihara dan hadirnya pribadi-pribadi kristen di tengah masyarakat yang berani bersaksi, bersekutu dan melayani
B.            Peran keluarga dalam proses pendidikan iman anak
“Satu generasi di bawah kita selalu terancam menjadi kafir.Jika satu generasi gagal meneruskan obor iman, maka generasi berikutnya takkan mengenal Allah dan akan hidup dengan mengabaikan kehendakNya.”
Dorongan yang semakin kuat untuk memberikan pendidikan rohani di rumah muncul dari adanya keprihatinan bahwa dimensi rohani seringkali hilang di dalam masyarakat, sekolah dan bahkan kehidupan di gereja. Masa sekarang ini dapat dikatakan tantangan untuk memberikan pendidikan rohani semakin besar. Banyak godaan yang menghadang.
Orangtua dan kaum muda disinyalir lebih banyak mengambil teladan dan moral dari televisi, bioskop, pahlawan olahraga dan masyarakat sekular ketimbang dari suasana rumah dan gereja. Sebagai orangtua, kita seharusnya memiliki perhatian penuh terhadap perkembangan rohani anak-anak kita. Kita menginginkan iman yang telah kita terima dipancarkan dan diteruskan kepada anak-anak dan generasi mendatang. ltulah mestinya kerinduan setiap orangtua.
Dalam bukunya yang berjudul “How to really love your child”, Ross Campbell menulis, “Aku sangat heran, betapa banyak orangtua menghabiskan beribu-ribu dolar dan berbuat apa saja demi memastikan anak-anak mereka dipersiapkan pendidikannya secara sempurna. Namun demikian, dalam persiapan yang terpenting, yaitu perjuangan rohani dalam penemuan makna kehidupan, seorang anak dibiarkan mempertahankan dirinya sendiri sehingga mudah menjadi mangsa kuasa kegelapan.” Apakah kita sebagai orangtua berada dalam kelompok yang disebut Ross Champbell? Sebagai orangtua kita mempunyai tanggungjawab utama.
Banyak keluarga karena alasan praktis; seperti: letak rumah yang jauh dengan gereja dan atau ada Sekolah Minggu lain yang lebih dekat dengan lokasi rumah tinggal lebih memilih untuk tidak membawa anak-anaknya ke Sekolah Minggu di mana ia tercatat sebagai anggota jemaat. Untuk sebuah alasan praktis itu boleh-boleh saja.
Tetapi untuk alasan yang jauh lebih strategis yaitu kelanjutan keberadaan gereja kita di masa depan dan tersedianya sumber daya manusia muda yang kreatif dan dinamis di waktu yang akan datang hal tersebut perlu dipertimbangkan ulang. Bukankah keberadaan gereja kita di masa depan berrgantung pada generasi muda yang sekarang ini berada pada kategori usia anak, tunas-remaja, remaja dan pemuda.
Seringkali anak-anak  tidak mau bergereja di gereja orangtuanya karena ia merasa terasing di lingkungan gereja tersebut. Mereka tidak ‘familiar’ dengan gereja orangtuanya dan lebih merasa ‘enjoy’ di tempat lain.  Sebagai orangtua kita mempunyai panggilan untuk mendidik anak-anak kita mencintai gereja dan mempunyai rasa memiliki terhadap gereja di mana orangtuanya Bergereja.
C.            Dasar Alkitabiah  Pendidikan  Iman Dalam Keluarga
Mari kita perhatikan beberapa bagian Alkitab yang berbicara tentang pendidikan rohani bagi generasi yang berikutnya.
Ulangan 6. Dalam pasal ini Musa memaparkan kepada bangsa Israel intisari perintah-perintah Tuhan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Mereka harus mengajarkan perintah-perintah tersebut “apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring clan apabila engkau bangun” (ayat 7).
Perintah untuk menaati Allah bukanlah sekedar sesuatu yang diajarkan secara formal kepada para pendengar yang pasif. Sebaliknya, menjadi proses yang terus-menerus memakai kejadian sehari-hari dalam kehidupan anak Sehingga membangkitkan rasa tertarik mereka akan hal-hal yang berkenaan dengan Tuhan.
Sebagai orangtua kita juga diperintahkan untuk konsisten “melakukan apa yang baik dan benar di mata Tuhan” (ayat 18), yang didalamnya terkandung pengertian bahwa pengaruh kuat hanya dimungkinkan melalui keteladanan hidup orangtua. Para orangtua harus memberi teladan untuk dilihat anak-anaknya, bukan sekedar memberikan peraturan-peraturan untuk dipatuhi.
Sebagai orangtua, kita adalah cermin bagi anak-anak kita dan merupakan contoh/model kongkrit bagi mereka bagaimana iman dan kehidupan sehari-hari menyatu. Apa yang mereka lihat dalam diri kita adalah cermin yang menunjukkan siapa mereka dan akan menjadi  apa mereka.
Kita adalah cermin istimewa dan tidak ada duanya, sebuah cermin dengan perasaan, penilaian dan akal. Ketika anak-anak kita berkaca  ke arah kita untuk mencari identitasnya dan kesannya akan dunia, mereka melihat pantulannya yang telah disaring melalui sistem nilai kepercayaan kita.
Efesus 6: 4, “…jangan bangkitkan amarah dii dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka dii dalam ajaran clan nasihat Tuhan.” Bagian pertama perintah ini bemada negatif, memperingatkan orangtua untuk mengevaluasi cara mereka dalam mendidik berdasarkan reaksi anak. Jika hasilnya mengakibatkan frustasi dan kecil hati metode yang dipakai pastilah tidak cocok walaupun tujuannya baik. Bagian kedua dari ayat ini bernada positif, menggabungkan ajaran melalui tindakan dan kata-kata. Pemakaian kedua istilah ini menunjukkan rasul Paulus menyadari betul kebutuhan akan keseimbangan antara tindakan dan kata-kata.Bukankah mulut berucap tubuh bersikap!
II Timotius 1:5; 3:15. Paulus memuji ibu dan nenek Timotius karena telah menjadi sumber bagi iman Timotius yang masih muda. Paulus memuji kemauan dan keuletan mereka dalam mengimbangi pendidikan sekuler yang diterima Timotius dengan pendidikan rohani di rumah. Sehingga Timotius tidak hanya kaya dalam ilmu pengetahuan tetapi juga kaya dalam pertumbuhan rohaninya. Hasilnya, Timotius menjadi manusia yang mempunyai integritas yang tinggi dalam menjalani kehidupannya dan menjadi teladan bagi jemaat di kota Efesus.
Ada dua prinsip penting yang menonjol dalam Alkitab tentang pendidikan rohani anak. Pertama, dari rumahlah pertama-tama tanggungjawab untuk memperkenalkan pengajaran kristen itu harus diberikan. Kedua, pengajaran iman yang efektif pertama-tama harus dinyatakan melalui tindakan dan keteladanan, baru kemudian dengan kata-kata. Keteladanan orangtua, pengalaman sehari-hari dan keikutsertaan dalam ibadah merupakan bahan dasar untuk memperkenalkan anak pada konsep-konsep berkenaan tentang Allah.
Sebagai orangtua kita memerlukan komitmen yang kuat untuk proses pendidikan rohani anak. Mengingat tidak mudah melakukannya. Banyak tantangan yang dihadapi. Perkembangan teknologi pada satu sisi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia; tetapi pada sisi yang lain dapat juga merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Dalam perkembangan pertelevisian sebagai contohnya. Banyak film-film yang ditujukan untuk anak-anak tetapi bemuansa kekerasan. Film-film dewasa yang kadang mengumbar kekerasan, perselingkuhan dan lumuran darah. Semua itu dapat berdampak buruk bagi perkembangan mental, sosial, emosi dan rohani seorang anak jika kita tidak arif dan mewaspadainya.
Perkembangan jaman yang turut merubah pola kehidupan masyarakat juga merupakan tantangan tersendiri bagi setiap keluarga dalam pendidikan rohani anak. Individualisme (segala sesuatunya untuk kepentingan sendiri atau kelompoknya dan masa bodoh dengan orang lain; serta cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya), materialisme (yang penting adalah materi dan segala sesuatu dinilai dari banyak tidaknya kepemilikan matreri); dan sektarianisme (yang penting adalah kelompok suku bangsa atau agamanya saja dan merendahkan kelompok suku bangsa dan agama lainnya) yang semakin kuat menggejala. Apabila kita tidak mempersiapkan anak-anak kita dengan baik maka di hari depan mereka menjadi generasi yang berperilaku buruk.
Perhatian, tanggungjawab dan komitmen tersebut mungkin membuat kita kewalahan. Akan tetapi Allah sudah berjanji menyertai kita. Kita dapat berjalan maju dengan mantab, karena Allah akan membimbing kita melalui perhatian, tanggungjawab dan komitmen kita.
D.            Peran Dan Kedudukan Guru Sekolah Minggu
Seorang Guru Sekolah Minggu mempunyai peranan penting di gereja dalam proses pendidikan rohani anak. Guru Sekolah Minggu merupakan perpanjangan tangan Majelis Jemaat dalam pembinaan terhadap anak-anak. Adapun yang menjadi tugas dan tanggungjawab seorang Guru Sekolah Minggu ialah:
  • Mengajar (I Timotius 2: 7). Guru Sekolah Minggu menyampaikan pokok-pokok iman yang menjadi dasar kehidupan kekristenan.
  • Memberikan teladan ( I Kor.11:1; Filipi 3: 7;   I Tim. 4: 11-13). Seorang Guru Sekolah Minggu akan mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap muridnya karena mereka mudah sekali meniru tutur kata dan tingkah laku gurunya. Oleh sebab itu, Guru Sekolah Minggu perlu selalu memperhatikan dirinya sendiri apakah ia telah menjadi teladan yang baik bagi muridnya; baik ketika berada di dalam kelas maupun ketika berada di luar ruangan Sekolah Minggu.
  • Menginjili (I Timotius 2: 7). Dalam mengajar seorang Guru Sekolah Minggu tidak menyampaikan kebenaran iman kristen, tetapi juga memberitakan kabar baik bahwa Allah mengasihi manusia supaya jiwa anak-anak diselamatkan.
  • Mendoakan (II Timotius 1: 11-12). Mendoakan anak-anak dan keluarganya merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh seorang Guru Sekolah Minggu untuk menjalin komunikasi dan keakraban dengan anak-anak dan orangtuanya.
  • Menggembalakan ( Yehezkiel 34:2-6; Yohanes 10:11-18). Seorang Guru Sekolah Minggu tidak hanya pengajar tetapi juga gembala bagi domba-dombanya. Seorang gembala yang baik mengenal dan mengasihi setiap dombanya; dan tidak akan membiarkan seekor domba pun berada dalam kesulitan. Itulah juga peran yang harus dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu. Ia harus mengenal dan membimbing anak-anak yang berada di kelasnya dan menolong anak-anak yang sedang mengalami kesulitan sejauh yang dapat dilakukannya. Pelawatan anak (dan tentunya juga kepada orangtuanya) merupakan hal penting lainnya yang harus dan perlu dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu.
Yang menjadi sasaran dalam pelayanan seorang Guru Sekolah Minggu adalah anak-anak yang berasal dari dalam lingkungan jemaat sendiri beserta orangtuanya dan anak-anak kristen yang tidak berasal dari lingkungan jemaat sendiri beserta orangtuanya guna membantu mereka dalam mendidik anak-anaknya dalam iman Kristen; serta anak-anak lain yang berasal dari keluarga bukan Kristen beserta keluarganya, guna memberitakan dan menyatakan kepada mereka kasih dan keselamatan yang berasal dari Tuhan Yesus Kristus.
Melihat peran yang demikian besar dan penting maka seorang Guru Sekolah Minggu harus memenuhi persayaratan  standar yang harus dipenuhinya, seperti:
  1. Berusia minimal 16 tahun
  2. Sudah mengaku percaya dan dibaptiskan atau sedang mengikuti kelas katekisasi
  3. Sudah atau sedang mengikuti program pembinaan Guru sekolah Minggu
  4. Memiliki sikap iman yang teguh, yaitu meyakini keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus
  5. Meyakini bahwa anak-anak yang dilayani juga membutuhkan keselamatan dari Tuhan Yesus.
  6. Meyakini bahwa pelayanannya di Sekolah Minggu merupakan jawaban atas panggilan Tuhan dalam tugas khusus tersebut.
  7. Memiliki pengenalan dan pemahaman Alkitab yang memadai sebagai sumber pengajaran gereja dan pengajaran yang dilakukannya di Sekolah Minggu
  8. Memiliki sikap mental yang dewasa, yaitu penampilan yang pantas selaku teladan anak, bertolah dari kesadaran akan tanggungjawab, kedisiplinan pelayanan dan kerelaan berkorban
  9. Mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang lain, yakni rekan-rekan Guru Sekolah Minggu dan Komisi Anak, Majelis jemaat dan orangtua anak Sekolah Minggu
  10. Mempunyai tekad dan kerinduan untuk terus mengembangkan diri
  11. Sedikitnya mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang psikologi anak, prinsip dan metode penggembalaan dan pengajaran.
Persyaratan ini bukan untuk menghambat pelayanan seseorang untuk menjadi Guru Sekolah Minggu melainkan untuk meningkatkan kualitas dirinya dan kualitas Sekolah Minggu serta kualitas pertumbuhan rohani anak-anak yang dilayaninya.
Sekolah Minggu yang peduli agar anak-anak yang hadir merasa dikasihi, diarahkan, dibimbing dan diperhatikan harus mempunyai Guru Sekolah Minggu yang sabar, penuh pengertian serta tulus dalam mengasihi anak-anak.
Seorang anak yang melihat gedung gereja dan berpikir bahwa orang-orang yang ada di dalamnya mengasihinya memiliki suatu pondasi yang teguh untuk menemukan gereja lebih dari sekedar sebuah bangunan, tetapi sekelompok orang yang mengasihi Allah dan mengasihi satu sama lainnya.
Perhatian yang seperti ini dari seorang Guru Sekolah Minggu dan juga interaksinya yang menyenangkan dengan anak-anak  menambah unsur penting bagi pertumbuhan rohani anak-anak. Guru Sekolah Minggu yang seperti ini juga akan menjadi kawan sekerja Allah  yang efektif bagi anak-anak. Ini adalah suatu tanggungjawab yang mengagumkan sekaligus menggetarkan bagi mereka yang bersedia menjadi Guru Sekolah Mingu.
E.            Kemitraan Orangtua Dan Guru Sekolah Minggu
Orangtua dan Guru Sekolah Minggu perlu membangun kemitraan rang sinergis dalam proses pendidikan rohani anak. Sebab orangtua dan Guru Sekolah Minggu saling membutuhkan dukungan satu terhadap rang lainnya.
Bentuk kemitraan yang dapat dibangun antara orangtua dengan Guru Sekolah Minggu diantaranya ialah:
  1. Membangun komunikasi yang terbuka dan hangat.
  2. Saling bekerjasama dalam mengatasi kesulitan dan kelemahan anak dalam mengikuti kegiatan Sekolah Minggu.
  3. Orangtua mendorong anak-anaknya untuk mau hadir di Sekolah Minggu dan Guru Sekolah Minggu menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas bagi anak-anak dalam keseluruhan proses belajar di Sekolah Minggu.
  4. Mengadakan pertemuan bersama sebagai forum sharing dan berbagi pengalaman.
  5. Orangtua memberikan dukungan dan tanggapan positif terhadap keseluruhan proses pendidikan rohani yang terjadi di Sekolah Minggu, seperti memberikan masukan­-masukan yang bermanfaat bagi Sekolah Minggu, menjaga ketenangan suasana kelas, tidak bereaksi negatif apabila sedang membicarakan kesulitan anaknya dalam mengikuti pengajaran di Sekolah Minggu.
  6. Guru Sekolah Minggu berbicara dan berdiskusi dengan orangtua anak apabila dirasakan perlu.



BAB III
A.    KESIMPULAN
Pendidikan rohani adalah bagian penting dari kehidupan seorang anak dan merupakan tugas panggilan yang tidak terpisahkan dari Tuhan kepada setiap keluarga. Keluarga harus menjadi tempat yang utama dan pertama bagi penanaman nilai-nilai kristiani.
Sedangkan keluarga-keluarga yang rapuh dan melalaikan tugas panggilan pendidikan rohani bagi anak-anaknya akan menjadi tiang yang rapuh bagi kehidupan gereja dan menghasilkan generasi penerus yang rapuh dan jauh dari kehidupan dan tugas panggilan gereja.
Anak-anak adalah harapan keluarga, gereja dan masyarakat di masa yang akan datang. Para orangtua dan Guru Sekolah Minggu yang mengharapkan anak-anaknya bertumbuh ke arah pertumbuhan rohani yang matang perlu membina dan membangun hubungan yang terbuka dan hangat dengan anak-anak.
Pengalaman dikasihi dan dihargai akan memberikan dasar yang kokoh bagi pertumbuhan anak. Sebaliknya, semua penjelasan teoritis hanya sedikit berpengaruh jika tidak ada hubungan yang positif antara orang dewasa dengan anak. Keteladanan jauh lebih berarti dibandingkan “kuliah” yang kita berikan kepada anak-anak mengenai pokok-pokok iman kristen kita.
Orangtua dan Guru Sekolah Minggu perlu menjalin kerja sama yang sinergis dalam upaya saling melengkapi dan menyempurnakan pendidikan rohani bagi anak-anak. Sebab masa depan kelangsungan gereja dan peran gereja di masyarakat tergantung pada generasi yang masih muda ini. Dan kita sebagai orangtua dan Guru Sekolah Minggu dapat berperan dengan menyiapkan mereka menjadi warga gereja yang bersaksi, melayani dan bersekutu; warga gereja yang mempunyai rasa bangga dan memiliki terhadap gerejany
B.     SARAN
Penyusun  mengharapkan Ibu  dosen serta teman-teman memberikan kritik dan saran serta masukan agar pembuatan makalah  selanjutnya  lebih baik lagi. Serta  kita semua dapat memahami lebih dalam PAK.



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda