LANDASAN PENDIDIKAN HUKUM-HUKUM DASAR PENDIDIKAN MENURUT TEORI NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI
MAKALAH
LANDASAN
PENDIDIKAN
HUKUM-HUKUM
DASAR PENDIDIKAN MENURUT TEORI NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI
DOSEN
PENGAMPU : Drs.Sudiyono,M.pd
0leh :
ERNASIANA LENSI
FLORENTINA
SARTINI
YULIANA RIVI
RIZKI JUNI
MARIA IDA FANGOHOI
FKIP
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya,kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Hukum-hukum dasar pendidikan menurut teori Nativisme,Empirisme,Konvergensi ”.
Penulisan
makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
Landasan Pendidikan di Universitas Kanjuruhan Malang.
Dalam
penulisan ini kami berterima kasih kepada orang-orang yang telah mempermudahkan
kami dalam menyelasaikan tugas kami.
Akhirnya
kami berharap kritikan dan saran dari pembaca,guna untuk memperbaiki makalah
yang kami susun ini.
Malang ,oktober_2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
...................................................................
i
DAFTAR ISI
......................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................1
A. Latar Belakang
...........................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.....................................................................
2
C. Tujuan Penulisan
.......................................................................
2
D. Signifikasi
Penulisan ................................................................
2
BAB II TEORI BELAJAR
MENURUT NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI 3
A. Pengertian dan
Faktor Perkembangan Manusia Menurut Teori Nativisme, Empirisme, dan
Konvergensi ..................................... 3
B. Tujuan Teori
Nativisme, Empirisme dan konvergensi dalam proses pembelajaran
.............................................................................. 5
C. Aplikasi dalam
kehidupan ..............................................................6
BAB III PENUTUP
.............................................................................7
A. Kesimpulan
................................................................................
7
B. Saran
............................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk berpengetahuan dan berkehendak, bukanlah
pandangan yang asing. Sejak awal,telah memberikan penghargaan terhadap segi
berpikir dan kebebasan manusia dalam berkreasi dan berkehendak.
Penghargaan terhadap dua aspek manusia ini, tumbuh dari konsep awal itu sendiri,
Sebagai bukti, sejak awal telah
menanamkan konsep yang menjelaskan menekankan supaya manusia berpengetahuan dan
berwawasan ilmiah. Konsep ini dijabarkan oleh prilaku rasul yang mementingkan
terwujudnya masyarakat berperadaban (civil society) dalam arti
berpengetahuan dan berwawasan.
Dalam masa selanjutnya,
pandangan manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkehendak pun
mengalami perkembangan pesat. Secara umum, hal itu telah memunculkan berbagai
spekulasi dari para pemikir atau filosofis dan membentuk teori-teori pemikiran
tentang masalah tersebut, mulai dari teori Nativisme, Empirisme, dan
Konvergensi. Teori-teori tersebut dapat mempengaruhi paradigma manusia dalam
proses pendidikan atau pembelajaran mereka.
Teori-teori ini juga tidak
terlepas dari pembahasan tentang hakekat manusia. Yang mana hakekat manusia
tersebut akan memunculkan bagaimana posisi dan eksistensi dari potensi manusia
itu sendiri, di samping interaksinya dengan faktor lingkungannya.
Manusia yang walaupun mempunyai
potensi “rohaniah”, namun potensi manusia tersebut tidaklah menentukan
pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dalam proses penerimaan
pengetahuannya.
Dalam hal ini, maka penulis akan
mencoba menguraikan tentang teori belajar menurut teori-teori yang mempengaruhi
paradigma manusia dalam proses pembelajaran mereka, yaitu tentang teori
Nativisme, Empirisme dan teori Konvergensi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan faktor yang
mempengaruhi perkembangan menurut teori nativisme, empirisme dan konvergensi?
2. Apa tujuan dari teori nativisme,
empirisme dan konvergensi?
3. Bagaimana aplikasi dalam kehidupan
menurut teori nativisme, empirisme dan konvergensi?
C.Tujuan Penulisan
1.Mengetahui pengertian dan faktor yang mempengaruhi
perkembangan manuisa menurut teori nativisme, empirisme dan konvergensi.
2.Mengetahui tujuan dari teori nativisme,
empirisme dan konvergensi.
3.Mengetahui bagaimana aplikasi dalam kehidupan
menurut teori nativisme, empirisme dan konvergensi.
D.Signifikasi Penulisan
Sebagai bahan informasi dan
motivasi bagi para pendidik mengenai masalah faktor perkembangan anak didik
menurut teori belajar nativisme, empirisme dan konvergensi dalam proses belajar
mengajar mereka. Agar tercapainya tujuan pendidikan yang lebih efektif dan
efisien.
BAB II
TEORI BELAJAR
MENURUT NATIVISME, EMPIRISME
DAN KONVERGENSI
A.Pengertian dan Faktor Perkembangan Manusia
Menurut Teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi
1. Teori
Nativisme
Nativisme merupakan kata dasar
dari bahasa Latin, “natus” yang
artinya lahir atau “nativus” yang
mempunyai arti kelahiran (pembawaan). Nativisme merupakan sebuah doktrin yang
berpengaruh besar terhadap teori pemikiran psikologis. Teori nativisme ini
dipelopori oleh Arthur Schopenhauer (1788-1860), seorang filosof Jerman.
ini mengemukakan
bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir (faktor pembawaan) baik karena berasal dari keturunan
orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan demikian.
Pembawaan itulah yang menentukan
hasil perkembangannya. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu
kelak. Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk
pula pada masa pendewasaannya.
Potensi-potensi yang dimiliki
seseorang adalah potensi hereditas (bawaan) bukan potensi pendidikan.
Pendidikan dan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan
manusia. Teori ini juga termasuk dalam filsafat idealisme yang mengemukakan bahwa
perkembangan seorang hanya ditentukan oleh keturunan yaitu faktor alam yang
bersifat kodrati.
Menurut nativisme, pendidikan
tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Pendidikan dan lingkungan tidak
berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak.
Dalam ilmu pendidikan teori nativisme ini dikenal sebagai pandangan pesemisme
paedagogis. Teori ini disebut pula dengan Biologisme, karena mementingkan
kehidupan individu saja, tanpa memperhatikan pengaruh-pengaruh dari luar. Perkembangan
individu sangat dipengaruhi oleh:
a. Faktor genetik
(keturunan)
b. Faktor
Kemampuan (bakat)
c. Faktor
Pertumbuhan
2. Teori
Empirisme
Nama asli teori ini adalah “The school of British Empiricism” (teori
empirisme Inggris). Pelopor teori ini adalah John Locke (1632-1704). teori ini
mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong (putih) yang belum
ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu tidak mempunyai
bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini
kekuatan apa pada pendidik, pendidikan dan lingkungannya yang berkuasa atas
pembentukan anak.
Teori empirisme ini merupakan
kebalikan dari teori nativisme karena menganggap bahwa potensi atau pembawaan
yang dimiliki seseorang itu sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam upaya
pendidikan. Semuanya ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu pendidikan. Teori
ini disebut juga dengan Sosiologisme, karena sepenuhnya mementingkan atau
menekankan pengaruh dari luar. Dalam ilmu pendidikan teori ini dikenal sebagai
pandangan optimisme paedagogis.
3. Teori
Konvergensi
Teori ini pada intinya merupakan
perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme, yang keduanya dipandang
sangat berat sebelah. Tokoh utama teori konvergensi adalah Louis William Stern
(1871-1938), seorang filosof sekaligus sebagai psikolog Jerman.
Teori ini menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor
pengalaman (lingkungan). Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan
harapan.
Perkembangan yang sehat akan
berkembang jika kombinsai dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan
potensialitas kodrati seseorang bisa mendorong berfungsinya segenap
kemampuannya. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak sehat apabila segala
pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi psiko-fisiknya.
Dengan demikian, keadaan ini
dapat dinyatakan bahwa faktor pembawaan maupun pengaruh lingkungan yang berdiri
sendiri tidak dapat menentukan secara mutlak dan bukan satu-satunya faktor yang
menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang.
B. Tujuan Teori Nativisme, Empirisme dan
konvergensi dalam proses pembelajaran
Tujuan teori Nativisme, yaitu:
1.Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
2.Mendorong seseorang mewujudkan diri yang
berkompetensi
3.Mendorong seseorang dalam menetukan pilihan
4.Mendorong seseorang untuk mengembangkan
potensi dari dalam dirinya
5.Mendorong manusia mengenali bakat minat yang
dimiliki
Tujuan teori Empirisme, yaitu:
1.Sebagai faktor penentu bagi perkembangan
seseorang yang bersumber dari berbagai sistem pendidikan.
2.Mendorong seseorang dalam penguasaan terhadap
bidang pengetahuan,
3.Agar pendidikan seseorang menjadi relevan dan
paling efektif yang berorientasi pada pemberdayaan pendidikan dan
pengalaman anak-didik itu sendiri.
Sedangkan tujuan teori belajar konvergensi
adalah gabungan antara tujuan teori nativisme dan tujuan dari teori empirisme.
C.Aplikasi dalam kehidupan
Berdasarkan teori nativisme, untuk mendukung teori tersebut di era
sekarang banyak dibuka pelatiahan dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga
bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu
manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri
manusia tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.
Sedangkan yang terjadi dari realisasi paradigma empirisme, salah satunya
adalah munculnya reduksi
terus-terusan atau bahkan penghilangan dimensi dan peranan internal dalam
proses pendidikan. Berpijak dari pandangan bahwa faktor ekstern manusia,
merupakan faktor penentu, maka upaya yang dilaksanakan akan terus-terusan
berorientasi pada pemberdayaan aspek luar diri manusia itu sendiri. Reduksi dan
bahkan penghilangan dimensi dan peranan internal manusia, justru akan mendorong
dan mengarahkan manusia yang menjadi anak-didik ke arah “sekularisasi” kehidupan dari aspek-aspek rohani, terutama naluri
keagamaan.
Dari bermacam-macam istilah teori perkembangan seperti tersebut di atas,
teori konvergensi merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada
umumnya. Sehingga teori ini merupakan salah satu hukum perkembangan individu di
samping adanya hukum-hukum perkembangan yang lain.
Jadi, baik faktor pembawaan (gen) dan lingkungan itu diperlukan bagi
seseorang meski hanya sekedar ada di dunia. Faktor bawaan dan lingkungan
bekerja sama untuk menghasilkan kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat
badan, kecakapan membaca, dan sebagainya. Tanpa gen, tidak akan ada
perkembangan, tanpa lingkungan tidak ada pula perkembangan karena pengaruh
lingkungan tergantung pada karakteristik genetik bawaan, jadi dapat kita
katakan bahwa ke-2 faktor di atas saling berinteraksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan yang telah di bahas diatas
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.Teori nativisme dipelopori oleh Arthur
Schopenhauer (1788-1860), yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan manusia
dipengaruhi oleh faktor dibawa sejak lahir (faktor hereditas atau pembawaan)
baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena
memang ditakdirkan demikian. Faktor ini meliputi faktor gen (keturunan),
kemampuan (bakat) dan pertumbuhan mereka. Pendidikan dan lingkungan tidak
berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak.
2.Pelopor teori Empirisme adalah
John Locke (1632-1704). Teori ini merupakan kebalikan dari teori
nativisme yang mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong
(putih) yang belum ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu
tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak
pendidiknya dan potensi atau pembawaan yang dimiliki manusia itu sama sekali
tidak ada pengaruhnya dalam upaya pendidikan. Semuanya ditentukan oleh faktor
lingkungan yaitu pendidikan.
3. Pelopor teori
konvergensi adalah Louis William Stern (1871-1938). Teori ini merupakan
perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme yang menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor
pengalaman (lingkungan). Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan
harapan.
4.Tujuan dari teori nativisme,
empirisme dan konvergensi adalah agar peserta didik terdorong untuk
mengembangkan potensi dari dalam dirinya demi mewujudkan diri yang
berkompetensi semua itu tentunya tidak akan maksimal tanpa berorientasi pada
pemberdayaan pendidikan dan pengalaman anak didik (pengaruh lingkungan). Maka,
dapat disimpulkan bahwa faktor pembawaan dan lingkungan adalah merupakan
kombinasi yang tidak dapat dipisahkan (saling berinteraksi) agar pendidikan
seseorang menjadi lebih relevan, efektif dan efisien.
5.Untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan faktor pembawaan (gen) dan lingkungan itu diperlukan bagi seseorang
meski hanya sekedar ada di dunia. Faktor bawaan dan lingkungan bekerja sama
untuk menghasilkan kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat badan, kecakapan
membaca, dan sebagainya. Salah satu caranya yaitu dengan mengadakan pelatihan
atau kursus dalam pengembangan bakat yang berorientasi pada pemberdayaan sistem
pendidkan.Tanpa gen, tidak akan ada perkembangan dan tanpa lingkungan tidak ada
pula perkembangan karena pengaruh lingkungan tergantung pada karakteristik
genetik bawaan, jadi dapat kita katakan bahwa ke-2 faktor di atas saling
berinteraksi.
Di Indonesia sendiri, teori
konvergensi inilah yang dapat diterima dan dijadikan pedoman seperti yang diungkapkan
oleh Ki Hadjar Dewantara: “Tentang hubungan antara dasar dan keadaan ini
menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya ‘konvergensi’ yang berarti bahwa
kedua-duanya saling mempengaruhi, sehingga garis dasar keadaan itu selalu
tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu.”
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami
susun secara sederhana. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memakluminya. Harapan kami semoga dari penyusunan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua khususnya bagi seorang pendidik sebagai pedoman dalam
membimbing peserta didiknya untuk mengembangkan potensi dalam bidak
pendidikan mereka agar lebih relevan, efektif dan efisien yang berhubungan
dengan nilai-nilai keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman Abror, Psikolog Pendidikan, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta,1993.
Abu Ahmadi dan Sholeh Munawar, Psikologi Perkembangan, Rineka Cipta
Jakarta, 2005.
Hj. Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian, PT. Indeks, Jakarta, 2007.
Muhammad Ramli, Diktat Ilmu Pendidikan, 2009.
www.google. com
PROFIL KELOMPOK
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda